Entri yang Diunggulkan

Jual Sarung Cover Selimut Mobil dan Motor Murah Berkualitas

Bismillahirrahmanirrahim . . . Assalamualaikum Wr. Wb. SAWAWA COVER


Sosial Media dan Dampaknya pada Otak kita

Assalamualaikum Wr. Wb.



Sosial media itu kayak cinta, bikin nagih, bikin lupa dunia

Quote:
Tahukah kamu, bahwa 1/3 warga bumi ini udah 'hidup' di sosial media. iya, itu termasuk kita. Udah jelas, bahwa sosial media suaaangat mempengaruhi cara kita berkomunikasi dan bermasyarakat.

Eits, nggak usah jauh-jauh dulu deh sampe ngomongin pengaruhnya ke masyarakatnya. Soalnya, ke tubuh kita sendiri aja sosial media udah membawa dampak yang signifikan. Udah gitu, dampak yang dibawa bisa lebih jegeer jegeer jegeeer dari dampak 212 punya Wiro Sableng (itu kampak. Nggak lucu!!)

Sebelum dunia ini berakhir, sebelum ultra man lampunya kedap-kedip, sebelum bang toyib pulang ke pangkuan istrinya, sebelum sosial media menginvansi otak kita sampai ke akar-akarnya, lebih baik kita pelajari dulu nih dampaknya media sosial pada otak kita:


1. Otak Kita Bisa Dibuat Ketagihan


•lagi buka browser yang pertama dibuka Facebook.
•lagi ngerjain tugas, dikit-dikit buka Facebook.
•lagi naik ojek, buka Twitter.
•lagi ijab kabul, bilang 'saaah'nya di status Path.
•lagi buka facebook, Path, Twitter, dkk. Nggak bisa lepas.

Udah lah, ngaku aja, kita-kita ini emang udah ketagihan banget sama yang namanya sosial media. Penelitian aja membuktikan kalau 5-10 persen pengguna internet di dunia ini merasa kesulitan lepas dari media sosial. Mencet tombol Log Out tuh udah kayak mencet tombol 'danger'. Sekali-kalinya log out juga ya untuk pindah akun.

Internet addiction disorder (IAD) salah satunya disebabkan karena kita bisa sangat mudah ngedapetin reward—berupa Likes (penghargaan), atensi, serta komentar—dengan usaha yang gampil. Adiksi berinternet ini mirip kayak adiksi yang ditimbulkan narkoba yang bisa mengontrol proses emosi, jangkauan perhatian serta pengambilan keputusan. Itu no. 1 slalu kyak gitu



2. Konsentrasi (sangat) mudah Terpecah Akibat Kebiasaan Multitasking

•Sambil ngeliat Facebook di PC, kita ngescroll feed Instagram di ponsel,
•Sambil peluk pacar, sambil ngatur tongsis untuk selfie
•sambil nyetir motor kopling, kita bikin kultwit soal safety riding.
•sambil nonton tv, kita cek email di tablet.

Terlalu banyaknya ragam gadget, aplikasi serta media sosial membuat kita ingin menggunakannya semua dalam satu waktu. Apalagi semuanya menawarkan kecanggihan dan kesenangan. Dari gadget satu pindah ke gadget lain, dari akun media sosial yang satu ke media sosial yang lain. Kita seolah tak punya kendali untuk konsentrasi pada satu perangkat saja.

Kebiasaan multitasking ini membuat pelaku sangat rentan terhadap intervensi atau distraksi. Pelaku mudah terganggu, konsentrasi mudah pecah, dan kesulitan menyerap informasi. Sebaliknya, pengguna media yang tidak bermultitasking, justru cenderung mudah berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain. Dan mereka cenderung lebih bahagia ketika bermedia sosial. Catet tuh!! . Kalo ak sih gk Gitu



3. Otak Jadi Terlalu Peka Sama Notifikasi


•ada bunyi "tik tok", langsung ngecek hape. Padahal itu bunyi bel rumah
•ada geter-geter, langsung ngecek hape. padahal itu gempa bumi.
•ada yang nyolek-nyolek kantong, langsung ngecek hape. padahal itu copet.

Begitulah! Media sosial yang selalu memberikan notifikasi tiap kali ada update ternyata berdampak negatif pada sistem syaraf kita. Karena terbiasa melihat ponsel tiap kali tanda notifikasi masuk, kita jadi kerap mengira tanda apa pun (bunyi, getaran, dll) yang mengena ke indera, kita kira sebagai notifikasi dari media sosial yang harus segera kita tanggapi. Gejala inilah yang disebut sebagai phantom vibration syndrome. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Michelee Drouin, 89% dari 290 sampel penelitiannya pernah mengalami sindrom ini. aku sih klo no. 2 - 3 kyak gitu, tapi gempa bumi dan copet sih kgak terjadi



4. Bikin Hati Senang


Menurut data dari TollFreeForwarding, twitteran 10 menit bisa memicu keluarnya hormon oksitosin sebanyak 13%. Hormon oksitosin ini dikenal sebagai hormon yang bikin kita hepi.

Udah gitu, penelitian lain juga bilang kalau bersosmed-ria emang bikin kita senang dan puas karena bersosmed itu 80% melibatkan diri kita untuk berinteraksi dengan orang banyak. Hal ini menyebabkan kita gemar mengekspresikan diri dan terobsesi pada diri kita sendiri. Gejala tersebut merangsang tubuh untuk mengeluarkan hormone dopamine, sebuah hormon yang keluar kita sangat merasa senang, puas dan orgasme. Wuihh.

Begitulah bro, sis. Gimana nih? gawat juga sih yah. Ada kah satu atau lebih dari dampak di atas yang udah kalian rasakan? Mengetahui dampak-dampak sosial media tersebut, maka penting bagi kita untuk menjaga keseimbangan antara interaksi di dunia maya dan interaksi tatap muka. Selain itu, kendali diri juga sangat diperlukan agar kita tidak begitu saja hanyut di belantara dunia maya ini.






0 Response to "Sosial Media dan Dampaknya pada Otak kita"

Posting Komentar

Bengkel Las Sawawa Teknik

About Me

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia

Followers